you choose your happiness

Saturday, April 19, 2014


April. ternyata sudah memasuki bulan keempat saya bekerja di perpustakaan kementerian tersebut. awal Januari lalu saya sempat dilema memilih kembali melanjutkan kontrak di perpustakaan kampus atau mencoba ke perpustakaan lain. dan akhirnya, ya, saya memilih untuk mencoba jenis perpustakaan lain, perpustakaan khusus, perpustakaan kementerian. ini bukan pertama kalinya saya masuk ke perpustakaan kementerian karena sebelumnya pernah juga PKL di perpustakaan serupa hanya saja berbeda kementerian. bertemu orang baru lagi, lingkungan baru, dan manajemen perpustakaan yang juga baru.

awal masuk di sana sempat kaget dengan keadaan perpustakaannya. satu yang membuat saya kaget adalah sistem temu kembali perpustakaan tersebut. buat saya pribadi sistem temu kembali yang mereka miliki, jujur, parah. saya perhatikan satu-satu hanya sedikit sekali koleksi perpustakaan yang memiliki call number sebagai alat temu kembali yang paling mudah, jadi terkadang butuh waktu yang cukup lama untuk mencari buku yang dibutuhkan pemustaka karena saya harus melihat buku satu per satu. alhamdulillah kalo pemustakanya bisa mengerti, kalau pemustakanya tidak bisa mengerti agak sedih juga saya. pustakawan itu bukan dewa yang mampu mengingat ratusan atau ribuan judul buku di dalam perpustakaannya. that's why a library should have, at least, a good retrieval system and search tool to facilitate user to find their needs.

bulan pertama dan kedua jadi bulan-bulan yang paling berat buat saya. as i said before, saya harus bertemu dengan orang baru lagi, lingkungan baru lagi, manajemen yang baru, dan sistem kerja yang juga baru yang menuntut saya untuk beradaptasi dengan banyak hal. dengan orang-orang tersebut, dengan lingkungan tersebut, dengan manajemen dan sistem kerja tersebut, dengan perjalanan menuju kantor yang berat (seriously, the hardest part to have work in Jakarta is when you are in a train -and since college, i've a train user). bulan ketiga kemarin alhamdulillah sempet adem ayem karena saya mulai bisa menyesuaikan ritme kerja di sana dan sudah punya beberapa temen (i'm not a good friend-maker hahaha).

ketika kini sudah mulai agak seattle dengan pekerjaan di sana, dilema mulai muncul. faktanya, manusia itu makhluk yang tidak mudah puas. begitu juga dengan saya. pikiran untuk mencari pekerjaan yang "lebih" mulai agak menghantui. nggak kok bukan karena ngga betah, tapi karena kebutuhan. memang sekarang belum mencoba mencari-cari karena pikiran masih bercabang di dua, tiga hal dan seterusnya yang mana bikin saya berat mengambil keputusan. sudahi, lanjutkan, atau apa?

sampai beberapa saat lamanya saya tersesat di dalam rutinitas kerja yang baru tersebut. saya melupakan tujuan saya bekerja di perpustakaan itu. saya tidak tahu ingin melanjutkan pekerjaan saya ke mana. intinya saya merasa tersesat. aneh memang, tersesat di dalam diri saya sendiri, lagi. tidak mengenali diri sendiri. melupakan kebiasaan-kebiasaan lama.

ketika saya benar-benar merasa tersesat, tiba-tiba saja ada satu pikiran yang muncul. jadi ceritanya ketika kemarin sempat saya merasakan bosannya kerja. well, bukan dengan pekerjaannya tapi bosan dengan kegiatan sehari-hari saya. bangun tidur, ngantor, pulang, tidur lagi. kegiatan itu terus berulang dan semakin lama makin kehilangan "nyawa-nya". ketika sampai dititik terendah dalam kebosanan itu tiba-tiba saja kata-kata tersebut muncul di kepala. you choose your happiness. choose your happiness, gal, choose your happiness. ya, saya merasa tidak bahagia dengan rutinitas tersebut.

you choose your happiness. kamu memilih kebahagiaanmu sendiri. tersesat bukan berarti kamu kemudian tidak menemukan jalan untuk bahagia. justru kamu harus mencari cara sendiri untuk bahagia. dan itulah yang saya lakukan. saya tidak ingin terus menerus tersesat dalam rutinitas tersebut jadi saya mencoba melakukan kembali kegiatan-kegiatan yang sudah beberapa bulan ini saya tinggalkan dengan alasan lelah setelah pulang bekerja. i choose to be happy. saya tidak ingin berlama-lama tersesat dengan kebosanan dan rutinitas-rutinitas tersebut.

 source: Kawanku Facebook

akhirnya saya mulai menyediakan waktu kembali untuk melakukan hobi-hobi yang sempat saya tinggalkan beberapa minggu ini. saya mulai menyediakan waktu untuk membaca dan menulis kembali. bacaan yang saya baca sih masih termasuk ecek-ecek karena memang tujuannya untuk refreshing, jadi saya memilih untuk membaca kembali novel-novel yang sudah dibeli tapi belum sempat saya baca. saya juga mulai membuka kembali tulisan-tulisan saya di laptop yang kebanyakan terhenti di tengah jalan, sama dengan tulisan ini. ada kebahagiaan tersendiri ketika akhirnya bisa melakukan kegiatan-kegiatan ini lagi.

bahagia itu sederhana. saya setuju dengan pernyataan ini. nilai kebahagiaan tidak melulu diukur dengan uang. tapi jika memang kebahagiaan terukur dengan uang pun tidak masalah. toh yang penting kita bahagia, kan. kalau memang seseorang sedang ingin memiliki handphone canggih dan ia merasa bahagia setelah memilikinya ya silahkan saja. itu kan kebahagiaannya. tapi ada juga orang yang tidak perlu mengeluarkan uang untuk bahagia. misalnya seperti melakukan hobi-hobinya seperti menulis atau membaca. dan buat saya, ya, bahagia itu sederhana. sesederhana saya dapat melihat langit, sesederhana saya dapat melihat pesawat yang melintas, sesederhana saya bisa menulis kembali, dan sesederhana saya bisa melakukan hobi-hobi saya.

seorang teman pernah berkata simple sih, tapi ngena. bersyukur masih ada yang mengingatkan (:

"be happy of what you are.." - Galih

gals

You Might Also Like

0 comment