dont do this again

Monday, November 29, 2010

please don't look at me like i'm not okay with that. maybe i must say it out loud in front of ur face, to make u understand, that i'm fine. very very fine. so please don't show me that expression. i never want it.

-best regards-
gals

cerita

you never late (part 2)

Saturday, November 27, 2010

well ini lanjutan dari cerpen sebelumnya yg judulnya "you never late (part 1)". bisa dibaca disini


“Aku?! Maunya apa?! Emang kurang jelas ya?! Aku mau kamu nggak deket lagi sama Nuna!”

“Sil, aku nggak bisa kalo nggak deket sama Nuna. Nuna itu udah jadi sahabat aku dari masih kecil banget. Masak kamu nggak ngerti juga.” Fadli memelankan suaranya. Harus ada jalan keluar dari masalah ini.

Fadli nggak bisa kehilangan Silvana tapi juga nggak bisa menjauh dari Nuna. Silvana adalah cewek yang udah mengisi hatinya sebulanan ini. Nuna adalah sahabatnya dari kecil. Sahabat yang Fadli butuhin kalo ia lagi ingin berbagi. Dengan Nuna tidak pernah ada yang ia sembunyikan. Dan sekarang ia harus menjauh dari sahabatnya? Mana mungkin.

* * *

Tapi ini lah yang dilakukan Fadli sekarang. Demi Silvana ia pelan-pelan menjauhi Nuna. Fadli jadi jarang main dengan Nuna lagi, baik di kampus maupun di rumah. Padahal bisa saja ia mengunjungi Nuna dan main lagi bersama. Tapi sayangnya Fadli tidak melakukan itu. Ia benar-benar telah memilih Silvana seluruhnya. Nuna awalnya cukup keheranan melihat tingkah Fadli yang diluar kebiasaan tersebut. Tapi belakangan ia mengerti kenapa Fadli begitu.

Nuna sedih banget waktu tau alasan dibalik menjauhnya Fadli. Hanya demi pacar Fadli tega membuang persahabatan yang udah dibangun belasan tahun ama Nuna. Hanya demi orang yang baru dikenalnya beberapa bulan. Teman-teman Fadli, Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo juga tidak suka dengan tingkah fadli yang begitu. Mereka jadi ikutan menjauh dari Fadli karena Fadli juga pelan-pelan menjauhi mereka. Siapa lagi yang meminta kalau bukan ekornya?

“Fadli!” panggil Harsya. Hari ini teman-temannya ingin mengkonfirmasi semuanya.

Fadli menoleh dan melihat teman-temannya datang menghampirinya. Ia kemudian menggiring Fadli ke tempat sepi di mana tidak ada seorangpun bisa menginterupsi obrolan mereka. Terutama agar tidak ditemukan oleh Silvana.

“Elo jadi sekarang lebih milih Silvana?” Tanpa berbasa-basi Deryl langsung pada topik utama mereka.

“Nggak gitu juga, Ryl,” jawab Fadli.

“Terus kenapa sekarang lo nggak pernah main sama kita? Dan terutama sama Nuna.” Lintar bertanya.

“Gue udah memilih untuk pacaran dan ini konsekuensi gue untuk menghabiskan waktu bareng pacar gue. Bukan berarti gue nggak mau main bareng kalian lagi,” jawab fadli menjelaskan.

“Oke. Kalau gitu sekarang urusan Nuna.” Harsya sepertinya yang punya kendali dari persidangan nggak resmi ini.

“Kalo Nuna itu karena Silvana nggak mau ngeliat gue deket-deket Nuna lagi. Gue juga nggak mau jauh dari Nuna. Tapi Silvana mau,” jawab Fadli.

“Jadi cuma demi pacar, lo ngebuang sahabat lo sendiri? Demi orang yang baru deket ama lo beberapa bulan lo tega ngebuang orang yang udah deket ama lo 13 tahun? Kok lo picik banget sih, Fad? Lucu jujur aja. Lucu banget gue ama tingkah lo. Kok lo nggak bisa sih gunain akal sehat lo buat mikir sedikit aja tentang ini. Lo dibego-begoin tau nggak ama cewek lo. Lo dimanfaatin, lo diperalat.” Revo yang sedari tadi diam saja buka suara.

BUGH! Satu pukulan mendarat di wajah Revo. Fadli tidak bisa mengontrol emosinya. Teman-temannya yang lain bersiaga di depan Revo. Tidak boleh sampai ada perkelahian di sini. Mereka udah berniap nyelesein ini tanpa ada adu fisik.

“Lo nggak usah ikut campur urusan gue, Nuna, dan Silvana. Itu masalah gue. Gue tekenin ya ke lo semua. Gue udah memilih dan gue memilih Silvana. Puas lo? lagi kenapa sih lo semua? Lo semua juga kalo punya cewe pasti bakalan kayak gue. Ngelakuin apapun untuk cewek lo.” Fadli bergegas pergi dari tempat tersebut.

Sebelum benar-benar pergi Revo berteriak, “Lo milih Silvana?! Fine! Semoga lo nggak salah sama pilihan lo. Lo ngebuang Nuna, itu berarti lo ngebuang kita juga!”

Fadli sempat berhenti sebentar. Sebenarnya ia tengah memikirkan kata-kata Revo barusan. Begitu ia berbalik ia mendapati teman-temannya mendangnya dengan remeh dan kemudian mereka semua pun berbalik pergi. Fadli masih terus memikirkan kata-kata tersebut.

* * *

Sudah satu minggu ini Fadli tidak melihat Nuna lagi. Padahal mereka satu kelas di kampus. Mudah saja sebenarnya baginya untuk mendatangi rumah Nuna dan bertanya. Tapi belakangan ini ia sibuk terus dengan Silvana. Nganterin dia pemotretan lah, shooting lah, ke salon lah, wawancara lah, dan segunung kegiatan lainnya. Makanya ia nggak bisa dateng ke rumah Nuna dan bertanya langsung. Setiap kali lewat rumah Nuna, ia selalu melihat lampu kamar Nuna sudah padam. Kalau lampu kamarnya sudah itu tandanya Nuna sudha tidur.

“Fir, lo tau nggak seminggu ini Nuna ke mana?” tanya Fadli pada Fira. Teman dekat Nuna di kampus. Masih teman sekelasnya juga.

“Lah? Kok lo nanya gue? Yang udah temenan belasan tahun ama Nuna kan elo, Fad. Gue juga nggak tahu,” jawab Fira, agak menyindir. Ia tahu masalah yang terjadi antara Nuna dan Fadli.

“Oh, thanks yah,” jawab Fadli.

Ia baru sadar kalau ia bener-bener kangen Nuna sekarang. Ia kangen dengan celotehan Nuna, sikapnya yang spontan, dan nggak pernah jaim-an di depan Fadli, nggak seperti Silvana yang selalu jaim. Fadli juga baru sadar kalau ia kini hanya sendiri. Teman-temannya sibuk bermain sendiri tanpa mengajaknya lagi. Salahnya juga yang berkata begitu beberapa minggu lalu.

“Eh apa, Nun?” tanya Fadli.

“Nun?!”

Fadli baru sadar kalau saat itu ia tengah bersama Silvana. Silvana memicingkan mata, curiga.

“Kamu tadi bilang apa?! Nun? Nuna maksud kamu? Jadi kamu lagi mikirin dia? Dari taadi aku ngomong panjang lebar ternyata kamu nggak merhatiin aku sama sekali dan malah sibuk mikirin temen kamu itu?” Ini yang paling disebelin Fadli. Hal kecil aja bisa bikin Silvana marah mencak-mencak nggak karuan.

“Eh, oh bukan gitu, Sil.” Fadli gelagepan mencoba memberi penjelasan pada Silvana.

“Udah deh mending kamu ngelamunin aja terus tuh si Nuna Nuna itu,” lanjut Silvana lagi.

“Aku bukan ngelamunin dia Sil. Tapi ini udah hampir sebulan dia nggak masuk kampus.” Fadli masih mencoba membela diri. Jangan sampe topik Nuna jadi awal pertengkarang mereka lagi. Udah sebulan ini hubugan mereka adem ayem dibanding bulan sebelumnya.

“Ya udah sih biarin aja,” timpal Silvana acuh nggak acuh. Ternyata benar kata teman-temannya yang bilang kalau Silvana itu sombong abis.

“Nggak mungkin lah aku ngebiarin gitu aja, Sil. Dia bisa ketinggalan pelajaran kalo begini terus. Apalagi jatah absennya udah abis. Yang ada dia nggak bakal bisa ikut ujian tengah semester nanti,” kata Yudha.

* * *

Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo sebenarnya tau ke mana Nuna selama sebulan ini. Mereka sebenarnya sangat ingin memberitahu Fadli. Sekalipun mereka sudah jarang main bersama lagi, tapi Fadli tetap harus tahu masalah ini. Tapi Nuna melarang mereka untuk memberitahunya. Ia tetap tidak ingin diketahui keberadaannya. Berat sebenarnya bagi Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo untuk menjaga rahasia ini. Tapi mau bagaimana lagi mereka sudah kepalang janji pada Nuna. Tidak akan memberitahu di mana Nuna sekarang hingga waktunya tiba.

Sementara Fadli makin bingung harus menelusur dari mana untuk tahu di mana keberadaan Nuna saat ini. Ia bertanya pada Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo tapi mereka selalu mengatakan tidak tahu. Fadli benar-benar tidak dapat berpikir jernih. Ia cemas, ia takut, dan yang paling penting ia kangen. Hubungannya dengan Silvana makin lama makin memburuk dan kini diambang kehancuran. Fadli baru menyadari betapa pentingnya seorang sahabat dibanding seorang pacar yang tidak dapat menghargai sahabat-sahabatnya.

Hingga disuaktu hari Fadli akhirnya mengaku kepada teman-temannya. Tidak semuanya karena ia hanya berhasil menemukan Harsya di kampusnya hari itu. Entah kenapa teman-teman satu kelas mereka yang lain juga hari itu tidak kelihatan padahal lima menit lagi mereka ada kelas.

“Gue cuma mau bilang kalo gue nyesel atas sikap gue selama ini, Sya. Gue salah milih Silvana daripada lo semua. Gue selama ini berusaha untuk bisa membaur dengan teman-teman Silvana yang berasal dari kalangan atas, tapi ternyata Silvana nggak mau membaur dengan temen-temen gue. Gue tau banget gue salah. Gue minta maaf ama lo dan temen-temen yang lain. Terutama Nuna. Jadi plis, Sya, tolong kasih tau gue di mana Nuna sekarang. Gue jangen banget sama dia. Dia ternyata bukan sahabat gue, Sya. Gue jatuh cinta, Sya, ternyata sama dia. Gue baru sadar setelah gue nggak lagi deket ama dia,” aku Fadli.

Harsya tidak menjawab apapun dan hanya memberikan sebuah surat. Tangannya gemetar saat memberikan surat tersebut. Fadli memperhatikan raut wajah Harsya. Tapi yang diperhatikan membuang muka dan memilih melihat ke arah lain.

Fadli bergegas membukanya. Begitu ia membaca isinya ia sangat shock.

“Elo nggak bohong kan?” tanya Fadli memastikan isi surat tersebut tidak main-main.

Harsya menggeleng. “You late, Fad. She’s in coma.” Sambung Harsya.

Fadli bener-bener lemes sekarang. Nggak tahu apa yang mesti ia lakukan. Surat itu dari Nuna.

Hay, Fad.

Apa kabar? Lama nggak ketemu ya. Gue cuma mau bilang, saat lo baca surat ini lo pasti udah putus dari Silvana kan? Dan baru menyadari betapa pentingnya sahabat daripada pacar yang tidak bisa menghargai sahabat-sahabat lo. Saat lo baca surat ini juga mungkin gue sedang terbaring di rumah sakit karena habis operasi. Ada beberapa hal yang selama ini nggak pernah gue kasih tau ke lo, Fad. Gue selama ini menderita lemah jantung, makanya nggak pernah mau diajakin naik wahana-wahana ekstrem di Dufan dan lo selalu bilang kalo gue cemen. Tapi sebenernya gue menderita penyakit itu dan baru ketahuan saat gue SMA. Sorry karena menyembunyikannya dari lo. gue harap setelah ini lo lebih selektif lagi nyari cewek ya. :)

Best regards

Nuna

“Sya, di mana Nuna dirawat?” tanya Fadli.

“Rumah Sakit Bakti,” jawab Harsya.

Fadli kemudian bergegas pergi ke tempat parkir dan mulai menyalakan motornya. Sepertinya hendak pergi ke rumah sakit yang dimaksud. Setelah Fadli pergi, Harsya pun segera pergi ke rumah sakit juga. Hanya saja mengambil rute yang lebih pendek dengan melewati jalan-jalan tikus.

Saat Harsya sampai di ruman sakit semua teman-temannya sudah berada di sana semua. Kecuali Fadli tentunya. Nuna terbaring diranjang rumah sakit lengkap dengan pakaian pasien. Selang infus tertancap pada lengan kirinya. Hidungnya pun menggunakan selang oksigen. Tidak lama kemudian Fadli pun datang dan langsung menghambur ke ranjang Nuna.

“Nuna! Bangung dong. Ini gue Fadli. Gue minta maaf karena selama ini ngejauhin lo. Gue tau gue salah karena lebih memilih pacar dan malah mencampakkan sahabat-sahabat gue. Nuna, bangun dong. Gue bener minta maaf. Gue sayang banget sama lo, Nun. Gue nggak mau kehilangan lo, Nun. Nuna! Plis bangun, Nun. Gue janji deh gue bakal ngasih lo coklat yang banyak sesuai permintaan lo dulu. Gue juga bakal traktir lo ragusa deh selama sebulan. Tapi lo bangun dulu ya, Nun. Bangun. Kalo lo nggak bangun lo.....” belum selesai Fadli ngomong. Nuna, Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo sudah berteriak duluan.

“APRIL FOOL. Hahahahhahaha..” Teriak mereka semua.

Fadli masih belum konek dengan apa yang terjadi.

“Tampang lo, Fad. Sumpah blo’on abis. Hahahaha,” lanjut Nuna.

“Sialan gue dikerjain lo semua.” Akhirnya Fadli sadar apa yang sedang terjadi saat itu.

“Hahahahaha..” Yang lain masih saja tertawa-tawa.

“Kampret lo semua ah. Gue bener-bener dikerjain.” Jawab Fadli. “Eh tapi thanks ya lo semua menyadarkan gue siapa yang seharusnya gue pertahanin dalam hidup gue skarang.” Tiba-tiba Fadli berubah serius.

“Emang siapa?” tanya Deryl.

“Nuna dan lo semua,” jawab Fadli sungguh-sungguh.

“Cieeeeeeeeeee.” Semua jadi ngeceng-cengin Fadli termasuk Nuna. Agak anek emang si Nuna. Orang maksudnya ngeceng-cengin Nuna eh dia malah ikutan.

“Mba Nuna diperiksa dulu ya.” Tiba-tiba seorang suster masuk sambil membawa beberapa peralatan untuk pemeriksaan. “Baiklah kondisi, Mbak, sudah cukup baik. Mungkin sekitar tiga hari lagi sudah boleh pulang ke rumah. Ah iya ini obatnya yang harus diminum hari ini,” kata suster itu lagi sambil menyerahkan lima butir obat yang dimasukkan ke dalam plastik bening berukuran kecil.

“Lo beneran lemah jantung, Nun?” tanya Fadli, serius.

“Nggak.”

“Iya.”

Nuna, Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo menjawab bersamaan. Nuna menjawab nggak dan Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo menjawab iya.

“Serius dong.” Fadli mulai kesel.

“Iya,” jawab Nuna akhirnya.

“Dan dokter memvonis umur Nuna tinggal beberapa bulan lagi,” sambung Harsya, Deryl, Lintar, dan Revo.

-Selesai-


yeaaaaa tamat deh. itu salah satu cerpen yg gw buat. hahahahha...

-best regards-

gals

True Friendship

Tuesday, November 23, 2010

True Friends will be like this :)

-best regards-
gals

ps: lupa ini ngambil gambar dari mana. yg pasti dari Ki Google :)

education

yang sekedarnya saja

Sunday, November 21, 2010

seperti biasa jadwal hari minggu sore adalah ngaji. dan kali ini ustadz saya ngebahasa tentang Surat Al Baqarah ayat 216 yang artinya kurang lebih:

"... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu..." (Al Baqarah: 216)

ustadz saya menjelaskan katanya sebagai manusia sah-sah aja untuk menyayangi dan disayangi, tapi lihat porsinya juga. jangan terlalu sayang banget sama orang dan jangan terlalu benci juga sama orang, yang sekedarnya aja. soalnya bisa aja sesuatu yang kamu sayang justru ngga baik buat kamu, dan bisa juga sesuatu yang kamu benci justru itu yang terbaik buat kamu. begituuuu..

udah sih cuma mau posting itu aja. semoga berguna :)

-best regards-
gals

cerita

keep your trust

Friday, November 19, 2010

WAW today is a really GREAT day and GREAT closure weekday. honestly, gw ngga pernah berpikir kalau hari ini ternyata bakalan lebih dari sekedar presentasi BIPA aja. ternyata setelah presentasi BIPA yang gw pikir sangat, sangat apa yah. yah pokoknya sangat deh, tidak taunya disore hari ada yg lebih sangat dari presentasi.

aahh u should know that BIPA is one of subject in my major. singkatan dari Bahasa Inggris Profesional. yeahh presentasi BIPA tuh dilakukan sendiri2. mulai dari bikin essay, power point, presentasi, pokoknya semua serba alone deh.

well back to the main topic. lagi2 menggurita kemana2.

hemm bagaimana yah mulainya. intinya hari ini saya mendapat pelajaran yang sangat berharga. tapi bingung mau mulai cerita dari mana.

memang yah pertemanan seharusnya dibangung dari rasa saling berbagi antar teman. tidak cukup hanya dengan saling bertemu muka setiap hari, bertegur sapa setiap hari, atau hanya sekedar gosip, ngobrol dan lainnya. berbagi menurut gw perlu dilakukan untuk menghilangkan beban atau mendapatkan solusi dari suatu masalah yang kita alami. karena pemikiran setiap orang berbeda, jadi solusinya pun pasti akan berbeda dan mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. dan itu yg gw alami hari ini.

jadi beberapa minggu yang lalu ada kejadian yg tidak mengenakkan menimpa kelas gw. dan hari ini bisa dibilang adalah 'klimaks' dari kejadian tersebut. masalah tersebut akhirnya clear hari ini (meskipun gabisa dibilang clear sepenuhnya). tapi ternyata dibalik 'clearnya' masalah tersebut ada masalah lain yg muncul. dan tidak ada yg pernah menyangka kalau masalahnya akan seperti itu. sempet kaget juga tadi dengernya.

tapi itulah hidup yg udah dia--temen gw maksudnya--pilih untuk dijalaninya. dia pun sudah berterus terang akan kejadian tersebut dan semua yg menimpa dirinya. setiap orang berhak untuk mendapat maaf, begitupun dengan dia. menurut gw dia berhak untuk mendapat maaf itu. meskipun apa yg dilakukan itu tidak baik.

seperti yg gw bilang tadi kalau berbagi masalah dengan teman mungkin kita bisa mendapat solusi yg tidak terduga dan itu terjadi hari ini. seandainya dia mau cerita sebelumnya pasti semua teman2nya pun akan mau membantunya dan memberikan solusi. kalau sudah kejadian begitu kita cuma akan keilangan kepercayaan. apalagi kepercayaan dari teman-teman.

menurut gw kepercayaan itu penting. kalau orang ngga percaya sama kita ya ngga ada yg mau berteman ama kita. orang jadi ngga mau berbagi ama kita, ngga mau cerita rahasianya, yah intinya sih gitu. yang lebih penting adalah kita ngga akan bisa dikasih tanggung jawab karena kita tidak dapat dipercaya. sekali kita kehilangan kepercayaan maka biasanya kita tidak akan dipercaya lagi kedepannya. sekeras apapun kita berusaha mengembalikan kepercayaan itu tetep aja akan ada embel-embel keragu-raguan di diri orang lain. itu lah kenapa kepercayaan itu penting menurut gw. ngga cuman dalam pertemanan, tapi juga pekerjaan, kuliah, keluarga, semuanya deh.

selain itu pelajaran lainnya selain kepercayaan itu adalah solusi. iyap kalau kita punya masalah kita otomatis pasti butuh solusi. kalau kita ngerasa udah ngga bisa ngatasin suatu masalah sendiri, ada baiknya berbagi atau minta solusi dari orang lain. because everyone has their own perspective from the problem so they have different solution with other and us.

yeahh intinya sih pelajaran yg gw dapet adalah tentang KEPERCAYAAN dan SOLUSI. setiap orang selalu membutuhkan solusi dan kepercayaan.

"kepercayaan ibaratnya adalah sebuah tali. sekali tali itu putus dan diperbaiki maka semuanya tidak akan sesempurna seperti awalnya :)"

so, keep the trust from people who u love and love u :)

-best regards-
gals

clown edition

the clown's feeling

Tuesday, November 16, 2010

hari ini si badut punya cerita. ini cerita tentang perasaannya. jadi si badut ini menyukai seseorang yang ia lihat di sebuah taman ketika ia sedang bekerja. orang ini sangat baik sama si badut. itulah yang membuat badut jatuh hati. sayangnya si badut tidak berani menunjukkan perasaannya pada si orang ini dan lebih memilih untuk memendamnya. hingga suatu hari di taman yang sama ketika ia sedang bekerja orang ini pun datang dan mengatakan kalau ia sudah menemukan seseorang yang disayanginya. si badut sedih tapi demi orang yang disukainya ia tetap berusaha untuk terlihat senang.

hari demi hari berganti. si badut masih terus berusaha untuk melupakan si orang ini. ia hampir berhasil tapi karena ada bisikan-bisikan dari teman seprofesinya (sama2 badut lah ya...) ia jadi sulit lagi melupakan orang ini. sampai suatu hari si badut bermimpi. mimpinya membuatnya dilemma setengah mati.

jadi begini awal ceritanya --yg ini ceritanya bukan mimpi-- si orang ini punya temen. ia sering pergi ke taman tempat si badut bekerja dan si badut bermimpi tentang dia. ya! teman si orang ini. sebut saja teman si orang ini A. ya si badut memimpikan si A. si badut tidak mengerti dengan maksud mimpi tersebut. karena di dalam mimpinya ia terlihat sangat dekat dengan si A. padahal di luar mimpinya si badut tidak begitu dekat dengan si A ini. si badut takut memulai perasaannya lagi. si badut takut untuk menyukai si A ini dan si badut takut menyayangi si A.

si badut takut karena ia sudah sering merasakan sakitnya ditinggal pergi. ia tidak mau lagi merasakan hal seperti itu. sudah cukup dan tidak perlu ditambah lagi. tapi bagaimana karena kini si badut diam-diam dan pelan-pelan mulai menyukai si A. bagaimana cara membunuh perasaannya? si badut tidak tahu. seandainya ia manusia biasa dan bukan badut. mungkin ia akan berani mendekati si A, tapi sayang ia hanya seorang badut :(

itu cerita badut hari ini. semoga suatu hari badut bisa tetep keep posting di blog ini yaaa. thanks buat pemilik blog ini yg mengizinkan badut untuk berbagi blog :)