Wahyu Mahkutha Rama

Wednesday, April 18, 2012

tersebutlah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Astina yang diperintah oleh Raja Suyudana. Kerajaan Astina dikabarkan oleh Resi Bhisma tengah mengalami krisis karena rakyat mereka banyak yang saling sikut-sikutan hanya untuk mendapatkan makanan. selain itu, kraton yang seharusnya menjadi tempat agung malah dijadikan tempat mabuk-mabukan dan berpesta-pesta. Resi Bhisma, yang seorang penasehat spritual Raja Suyudana, memberi Suyudana nasehat

"apabila orang-orang kraton masih suka berpesta-pesta, mabuk-mabukan, dan tidak peduli dengan rakyat maka tinggal tunggu waktu hingga Kerajaan Astina hancur."

Raja Suyudana membantah ucapan Resi Bhisma dengan mengatakan bahwa para adipatinya bilang kerajaan mereka sudah makmur. sayangnya, Suyudana terlalu mempercayai kata-kata para adipatinya tanpa pernah turun langsung ke lapangan. Suyudana tidak ingin Kerajaan Astina hancur dan meminta nasehat kembali pada Resi Bhisma agar Kerajaan Astina tidak hancur. Resi Bhisma menjawab..

"Kau harus mendengarkan nasehat orang yang lebih tua. dengarkan, Raja itu umpanya adalah hati dan negara adalah badannya. bila hatinya rusak maka badannya juga akan ikut rusak dan rakyatpun ikut sengsara. begitu pula sebaliknya."

Resi Bhisma juga memberi pesan pada Suyudana untuk mencari Wahyu Mahkutha Rama yang konon dapat menyejahterakan kembali Kerajaan Astina. Wahyu Mahkutha Rama ini dapat ditemukan di Gunung Kutharunggu. singkat cerita, Raja Suyudana memerintahkan Adipati Basukarna untuk mencari Wahyu Mahkutha Rama tersebut dengan ditemani oleh para pasukan dari Kurawa.

sementara itu di Lereng Gunung Kutharunggu hidup seorang pendeta yang bernama Mahadwija Begawan Kesawa Siddhi yang merupakan jelmaan dari Batara Kresna dimana bila ia sedang baik maka akan berubah menjadi Begawan Kesawa Siddhi dan apabila sedang marah akan berubah menjadi Dewa Wisnu dan raksasa. ia merupakan pendeta yang sangat hebat. apapun yang dibuatnya dapat terlaksana dan apa yang diinginkannya dapat tercapai Begawan Kesawa Siddhi juga memiliki murid-murid yang salah satunya adalah Hanoman, seekor kera putih jelmaan. Hanoman diminta oleh Begawan untuk menjaga Lereng Gunung Kutharunggu dari kedatangan Adipati Basukarna dan para pasukan Kurawa.

Adipati Basukarna dan para pasukan Kurawa akhirnya tiba di Lereng Gunung Kutharunggu dan meminta izin kepada Hanoman dan teman-temannya untuk naik ke atas menemui Begawan Kesawa Siddhi. Hanoman tidak mengizinkan sehingga terjadi pertempuran antara pasukan Kurawa dengan pasukan Hanoman. Adipati Basukarna yang terdesak, terpaksa menggunakan pusaka saktinya yang berupa panah bernama Kunta Wijayandanu. ia melepaskan panah tersebut ke arah padepokan Begawan Kesawa Siddhi. Hanoman segera mengejar dan menangkap Kunta Wijayandanu agar tidak mengenai Begawan Kesawa Siddhi. Adipati Basukarna sangat menyesal karena telah melepaskan pusaka saktinya dan berjanji untuk tidak akan kembali ke Kerajaan Astina tanpa membawa Kunta Wijayandanu.

Begawan Kesawa Siddhi yang mendengar pertempuran tersebut segera mendatangi Hanoman dan teman-temannya. Hanoman menjelaskan duduk permasalahan terjadinya pertempuran tersebut. ia juga mengatakan kalau Basukarna ingin membunuh Begawan dengan melepaskan Kunta Wijandanu, tapi berhasil ditangkap olehnya karena kalau tidak maka Begawan sudah mati ditangan pusaka tersebut. Begawan Kesawa Siddhi yang mendengar jawaban tersebut pun mengatakan bahwa Hanoman juga telah melakukan kesalahan dengan kata-kata yang diucapkan pada Begawan.

"Hanoman, kau sendiri pun telah melakukan dua kesalahan. yang pertama, merasa ilmu-mu lebih tinggi dari guru-mu dan yang kedua adalah kau telah melawan kehendak Dewa."

Hanoman menyadari kesalahannya dan segera mohon ampun pada Begawan Kesawa Siddhi. Begawan kemudian memberi nasihat pada Hanoman.

"bila kau ingin menebus kesalahanmu maka pertama, kau harus meminta maaf pada Tuhan dan yang kedua, aku akan melemparkan Kunta Wijayandanu dan kau harus mengikuti kemana Kunta Wijayandanu jatuh. bila ia jatuh dekat dengan manusia maka bawalah manusia tersebut menghadapku. dia lah yang akan menerima Wahyu Mahkutha Rama."

~~

tersebutlah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Amarta. para abdi Pandawa, Petruk, Gareng, Bagong tengah bercakap-cakap hingga datanglah Semar yang merupakan penasehat spiritual Pandawa. Semar datang sambil menyanyikan lagu jawa (nembang). inti tembangnya begini...

"seorang pemimpin itu seharusnya jujur, pandai, banyak ilmu untuk diberikan pada masyarakat, tidak membedakan golongan, rukun, manunggal, mengasuh rakyat agar tentram, serta menjunjung nusa dan bangsa."

tidak lama datanglah Arjuna yang merupakan atasan mereka. Arjuna diminta oleh Abyasa, penasehat Kerajaan Amarta untuk mencari Wahyu Mahkutha Rama karena negeri Amarta tengah dilanda krisis. Arjuna berjanji untuk tidak akan pulang ke Amarta sebelum berhasil mendapatkan Wahyu Mahkutha Rama. singkat cerita, ia meminta izin para bawahannya, Petruk, Gareng, Bagong, dan Kakek Semar, untuk bersemedi meminta petunjuk mengenai Wahyu Mahkutha Rama. ketika tengah bersemedi, Arjuna melihat sebuah pusaka yang datang dari langit, ia segera menangkapnya. pusaka tersebut adalah Kunta Wijayandanu. sesuai dengan titah Begawan Kesawa Siddhi, Hanoman kemudian membawa Arjuna ke Gunung Kutharunggu.

di Gunung Kutharunggu, Begawan Kesawa Siddhi menjelaskan pada Arjuna bahwa dirinya lah yang terpilih untuk menerima Wahyu Mahkutha Rama. Begawan menjelaskan bahwa Wahyu Mahkutha Rama bukanlah sebuah benda pusaka melainkan sebuah ajaran yang akan disampaikan. Begawan Kesawa Siddhi meminta Arjuna untuk mendengarkannya dengan baik dan melaksanakannya dengan rendah hati.

"inti dari Wahyu Mahkutha Rama adalah Hasta Brata, yaitu 8 ajaran utama. ajaran tersebut terdiri dari:
1. Surya (matahari), seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dalam kehidupan, menjadi sumber kehidupan, taat, dan tidak membantah
2. Chandra (bulan), seorang pemimpin harus membuat masyarakatnya terang ditengah kegelapan
3. Kartika (bintang), seorang pemimpin haruslah menjadi tempat bagi rakyatnya bertanya, menjadi pedoman dan kiblat bagi rakyatnya
4. Angkasa (langit), seorang pemimpin haruslah memiliki wawasan yang luas, lapang dada, rela, dan berani berkorban untuk rakyatnya
5. Bumi, pemimpin harus mempu menampung keinginan rakyatnya, menyelamatkan, serta tepat janji
6. Api, pemimpin harus mampu memberi semangat bagi rakyatnya, dapat memotivasi rakyat, dan menjadi penerang
7. Samudra, pemimpin harus memiliki pemikiran luas, tenang, menampung, berjiwa luhur, sabar, dan tidak pilih kasih
8. Maruta (angin), pemimpin harus mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi.
demikianlah Hasta Brata yang merupakan ajaran yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang bijak. laksanakan ajaran ini dengan rendah hati dan bijaksana."

Arjuna kemudian kembali ke negeri Amarta setelah menerima ajaran Wahyu Mahkutha Rama. sebelum kembali ke Amarta, Begawan Kesawa Siddhi memberi Arjuna sebuah rintangan untuk menguji Arjuna. Begawan meminta Arjuna untuk mengembalikan Kunta Wijayandanu kepada pemiliknya, Adipati Basukarna. Begawan mengatakan bahwa seorang pemimpin tidak boleh memiliki apa yang bukan menjadi miliknya. Arjuna pun berhasil mengembalikan Kunta Wijayandanu pada Basukarna.

pada akhirnya Adipati Basukarna tidak mendapatkan Wahyu Mahkutha Rama karena sifatnya yang cepat marah (digambarkan dengan sikapnya yang langsung melepaskan Kunta Wijayandanu hanya karena kalah dalam pertempuran karena tidak diizinkan menemui Begawan Kesawa Siddhi)

TAMAT

cerita di atas adalah cerita Wahyu Mahkutha Rama versi wayang orang (ketoprak) yang saya tonton. kalau pada kenyataannnya ada beberapa cerita yang berbeda atau kurang dari sumber lain yaaa saya tidak tahu, karena yang saya tonton ceritanya seperti di atas. waktu saya pertama nonton ini pas lagi pelajaran Religi Jawa. dosennya meminta kami, para mahasiswa, untuk mengkaitkan cerita diatas dengan Religi Jawa. dan saya harus akui kalo itu SUSAH banget. kita harus merhatiin jalan ceritanya lebih detail. kayak wahyu itu apa? bagaimana mendapatkannya? apa kriteria orang yang bisa memperoleh wahyu tersebut? fungsi, wujud, dan makna wahyu tersebut apa? kenapa bisa ada yang tidak dapat menerima wahyu tersebut? simbol apa saja yang ditampilkan para tokoh-tokoh tersebut? kenapa wahyu tersebut dinamakan Wahyu Mahkutha Rama? dan lain-lain deh.

bingung? sama saya juga. tapi dari cerita di atas bikin saya jadi mikir mengenai pemerintahan Indonesia. seandainya Indonesia memiliki pemimpin yang memiliki kriteria seperti yang disampaikan Begawan Kesawa Siddhi. seandainyaa saja... pasti Indonesa nggak akan begini sekarang. seandainya semua orang yang menjadi pemimpin diberi pendidikan ajaran Hasta Brata pasti Indonesia nggak akan seperti saat ini. sepertinya memang orang-orang yang menjadi pemimpin di tanah air kita harus disuruh nonton cerita ini dulu deh biar bisa jadi pemimpin yang sebenarnya.

okee sekian cerita dari saya, pesan saya buat pemimpin atau calon pemimpin Indonesia, tonton cerita Wahyu Mahkutha Rama dan resapi apa makna yang terkandung di dalam cerita tersebut. SEKIAN. ㅋㅋㅋㅋㅋ~

best regards
gals

You Might Also Like

0 comment